News Title
Ibadah Sebagai Anugerah
Mazmur 42
2024-09-21
Bagaimana pandangan Anda tentang Ibadah hari Minggu? Apakah Anda antusias beribadah ataukah Ibadah terasa sebagai beban? Apakah Anda beribadah hanya karena ada tugas pelayanan atau Anda bersukacita setiap kali beribadah kepada Tuhan? Mazmur 42 mengungkapkan kerinduan pemazmur terhadap hadirat Allah (42:2-3). Kerinduan ini bukan sekadar kerinduan biasa, namun mencakup kehausan yang dalam di hati pemazmur. Kehausan pemazmur menyerupai kehausan rusa yang sengsara dan merana karena tidak mendapat air. Mengapa pemazmur sedemikian rindu terhadap hadirat Allah? Ia sangat rindu karena ia tidak bisa beribadah kepada Allah! Ia menangis siang malam karena sepanjang hari orang berkata kepadanya, “Di mana Allahmu?” (42:4) Ia terus-menerus berkabung di bawah tekanan musuh (42:10-11). Kemungkinan, konteks mazmur ini adalah ketika orang Israel sedang mengalami pembuangan. Mereka dibuang ke negeri asing, sehingga mereka tidak dapat pergi beribadah kepada Allah di Yerusalem. Mereka mengalami ejekan dan penghinaan dari musuh karena mereka dianggap telah ditinggalkan oleh Allah. Pertanyaan, “Di mana Allahmu?” adalah pertanyaan ejekan kepada orang Israel. Orang- orang seakan-akan bertanya, “Di mana Allah yang dulu menyelamatkan kalian? Di mana Allah yang dulu melakukan perbuatan-perbuatan besar di tengah kalian? Ia telah meninggalkan kalian! Kalian adalah orang-
orang yang tidak berdaya! Kalian sudah kalah dan malu!”
Di tengah kondisi tidak berdaya dan tidak dapat beribadah ke Yerusalem karena berada di pembuangan, pemazmur tidak menjadi kecewa dan meninggalkan iman kepada Allah. Ia mengungkapkan pengakuan iman yang teguh kepada Allah (42:5). Meskipun jiwanya gundah gulana, ia mengingat masa lalu saat ia memimpin umat datang beribadah ke rumah Allah. Tampaknya, ia adalah pemimpin pujian dari bani Korah (42:1). Ia meminta agar jiwanya tidak tertekan dan gelisah, melainkan tetap berharap kepada Allah, karena Allah adalah Penolongnya (42:6,12). Anugerah Allah di masa lalu adalah kekuatan untuk berharap kepada Allah di masa depan. Pemazmur percaya bahwa Allah akan menolong dan mendengarkan doa-doanya. Oleh karena itu, ia tetap setia berdoa kepada Allah dengan menaikkan pujian kepada-Nya (42:9).
Apakah Anda menyadari bahwa kesempatan beribadah dan melayani Tuhan adalah anugerah Allah? Mungkin, ada waktu saat kita tidak dapat beribadah kepada Allah dengan leluasa seperti saat terjadi pandemi Covid 19. Apakah Anda memiliki tekad untuk setia beribadah dan Anda bersukacita karena masih bisa beribadah?