News Title
Kisah Pengosongan Diri

Lukas 2 : 1-7
2023-12-26
Natal adalah kisah yang sangat agung. Bayangkan: Allah Yang Maha Kuasa menjadi manusia! Yang menarik, kisah yang agung dan luar
biasa itu dikisahkan dengan amat sederhana, “Ia membendungnya lalu membaringkannya di dalam palungan” (2:7b). Bayangkan apa yang disaksikan dan dilakukan oleh Maria dan Yusuf saat itu. Di hadapan mereka ada seorang bayi—yaitu Yesus Kristus—yang merasa kedinginan setelah dilahirkan karena suhu dalam kandungan lebih hangat daripada suhu di luar kandungan, dan yang harus selalu dibantu untuk makan dan minum. Saat lapar, Dia akan menangis agar disuapi orang tua-Nya. Dia perlu bantuan orang tua untuk mengganti pakaian yang basah atau kotor setelah membuang air dari dalam tubuh-Nya. Di lain pihak, kita sadar bahwa alam semesta beserta isinya diciptakan dalam Kristus, mela- lui Kristus, dan untuk Kristus (Kolose 3:16). Keberadaan seluruh ciptaan tak dapat dilepaskan dari Kristus, Kristus-lah yang memeli- hara keberlangsungan semua ciptaan. Segala sesuatu untuk kemulia- an-Nya. Peristiwa Natal mengajak kita menghayati bahwa seluruh alam semesta berpusat kepada Yesus Kristus, Sang Bayi itu!
Tidak mudah untuk menghayati kisah Natal. Akan tetapi, oleh anu- gerah Allah, semoga kita dapat menemukan keagungan kisah kelahiran Yesus Kristus. Istilah penting yang menentukan penghayatan kita tentang Natal adalah “mengosongkan diri” (Filipi 2:7). Allah Yang Maha Kuasa rela mengosongkan diri untuk menjadi bayi yang ringkih dan tak berdaya tanpa bantuan orang lain. Pribadi Yang Kekal masuk ke dalam kerangka waktu yang terbatas. Dia Yang Maha Suci mengosongkan diri untuk masuk ke dalam dunia yang berdosa serta menyaksikan, mengalami, dan bersentuhan dengan dosa. Semua hal itu dilakukan oleh karena kasih-Nya kepada manusia dan karena ketaatan- Nya kepada Allah Bapa-Nya (Filipi 2:1-10).
Penghayatan terhadap kisah Natal itu selanjutnya membawa kita kepada pesan yang penting dari Rasul Paulus di Surat Filipi tersebut, yakni hendaknya kita dapat meneladani Kristus yang lebih mengutamakan orang lain daripada diri sendiri. Namun, kesadaran dan sikap ini dilakukan dalam batasan berdasarkan kasih dan dengan motivasi untuk menaati kehendak Allah. Di zaman dengan perkembang- an digital yang pesat ini, orang cenderung membesarkan diri sendiri, seperi berlomba meraih pengikut (follower) yang lebih banyak di media sosial. Bukankah semakin banyak orang yang tidak peduli kepada kebe- naran firman Tuhan? Apa yang dapat Anda lakukan agar bisa semakin meneladani Allah yang telah mengosongkan diri-Nya melalui kisah Natal?