News Title
Membangun, Bukan Meruntuhkan
2 Korintus 10 : 1-11
2024-11-11
Bagaimana perasaan Anda bila Anda disebut sebagai pengecut, yaitu
seorang yang hanya berani bersikap keras saat berjauhan, tetapi lunak saat berhadapan muka dengan muka? Kemungkinan, kita akan langsung mengecam tuduhan itu. Teladanilah Rasul Paulus dalam menghadapi tuduhan seperti itu. Para penentang Rasul Paulus menuduh bahwa ia
bersikap “lunak” saat berhadapan dengan orang yang mempertanyakan
kredibilitas kerasulannya dalam kunjungannya yang kedua ke kota Korintus, tetapi menuduhnya bersikap “keras” dalam suratnya. Itulah kenyataan yang juga diakui oleh Rasul Paulus ( 2 Kor. 2:3-10; 7:8,12).
Saat dituduh sebagai pengecut, Rasul Paulus merespons dengan
meneladani Kristus Yesus yang lemah lembut dan ramah. Hal ini berarti
bahwa peringatan (10:1) dan permintaan (10:2) Rasul Paulus yang
meneladani kelemahlembutan dan keramahan Kristus tidak berarti bahwa
Rasul Paulus takut menghadapi oknum pengacau itu. Kelemahlembutan
dan keramahan Kristus Yesus tampak dalam kesabaran Rasul Paulus
untuk menahan diri dalam memberi hukuman kepada para penentangnya.
Seperti Kristus Yesus yang lemah lembut dan ramah, Rasul Paulus juga
tetap memberi kesempatan kepada orang-orang Korintus untuk bertobat
(bandingkan dengan 2 Petrus 3:8-10; 2 Korintus 1:23-2:4).
Sikap meneladani Kristus Yesus yang lemah-lembut dalam menghadapi tuduhan menunjukkan bahwa pelayanan Rasul Paulus merupakan
penggenapan nubuat Nabi Yeremia tentang Perjanjian Baru (2 Korintus
3:6; Yeremia 31:31). Tujuan pengaruniaan kuasa dari Tuhan kepada
Rasul Paulus adalah untuk membangun dan bukan untuk meruntuhkan umat-Nya (2 Korintus 10:8). Ungkapan “membangun” jemaat
sering digunakan Rasul Paulus untuk menjelaskan tujuan pelayanan
Perjanjian Baru (Roma 14:19; 1 Korintus 3:9-14, 14:3-5; 1 Tesalonika
5:11). Karena Rasul Paulus adalah rasul dari Perjanjian Baru, maka
tujuan utamanya adalah membangun jemaat—yaitu agar para anggota
jemaat Korintus bertobat—dengan cara meruntuhkan terlebih dahulu
setiap benteng pemikiran yang menentang pengenalan akan Allah dan
kemudian menaklukkannya kepada Kristus (2 Korintus 10:4-5). Namun,
penghukuman tetap berlaku bagi mereka yang tidak bertobat. Kesungguhan Rasul Paulus akan hal ini sekali lagi dituliskan di akhir surat ini,
yaitu bahwa “aku menulis kepada kamu ketika aku berjauhan dengan
kamu, supaya bila aku berada di tengah-tengah kamu, aku tidak terpaksa
bertindak keras menurut kuasa yang dianugerahkan Tuhan kepadaku
untuk membangun dan bukan untuk meruntuhkan” (2 Korintus 13:10).
Bagaimana cara Anda merespons ketika Anda berhadapan dengan orang-orang yang menentang Anda?