top of page

News Title

Allah yang Adil dan Baik

Ulangan 28 : 47-68

2024-05-05

Musa berkata, “Kamu tidak mengabdi kepada TUHAN, Allahmu, dengan sukacita dan hati yang gembira, walaupun dalam segala
kelimpahan.” (28:47). Ketika menjadi kaya, bangsa Israel justru melupakan Allah, sehingga mereka kehilangan sukacita dan hati yang gembira. Keasyikan dengan harta benda yang berlimpah membuat mereka tidak punya waktu atau keinginan untuk melayani TUHAN. Menurut Anda, apakah keadaan semacam ini bisa terjadi pada orang Kristen pada masa kini?
Pernyataan di atas disusul dengan penyebutan beberapa kutukan (28:48-68). Daftar kutukan tersebut cukup mengerikan. Menariknya, kutukan tersebut digambarkan sebagai berasal dari Allah sendiri (28:20- 22,24-25). Pernyataan yang paling gamblang terdapat di ayat 63, “Seperti TUHAN bergembira atas kamu untuk berbuat baik kepadamu dan mem- buat kamu banyak, demikianlah TUHAN akan bergembira atas kamu untuk membinasakan dan memunahkan kamu. Kamu akan dicabut dari tanah, ke mana kamu pergi untuk mendudukinya.” Hal ini tidak berarti bahwa Allah suka membinasakan seperti halnya Ia suka memberkati. Di bagian Alkitab yang lain, kita melihat betapa menyakitkannya bagi TUHAN ketika Ia harus menghukum umat-Nya (lihat Hosea 11:8; Yehezkiel 18:32; dan 2 Petrus. 3:9).
Jika Allah tidak suka menghukum orang berdosa, bagaimana kita memahami pernyataan bahwa Dia berkenan membinasakan orang yang memberontak? Sesungguhnya, hukuman bagi orang yang berbuat jahat itu baik bagi orang itu, sehingga Allah senang melakukannya, meskipun hati-Nya sakit saat melakukan hal itu. Pesan ini penting! TUHAN membenci ketidaktaatan dan kita bertanggung jawab membagi- kan hal ini kepada orang lain karena konsekuensi ketidaktaatan kepada Allah itu sangat tragis. Ada kecenderungan di kalangan sebagian rohani- wan untuk memisahkan murka Allah dari kasih-Nya. Marcion, yang dikutuk sebagai bidat abad kedua, memisahkan Allah Perjanjian Lama dari Bapa yang dijelaskan dalam Perjanjian Baru. Dia berkata bahwa Allah dalam Perjanjian Lama berpikiran kejam dan pendendam. Sebalik- nya, Allah dalam Perjanjian Baru penuh kasih sayang. Pada pertengahan abad kedua puluh, ada teolog yang berusaha menghilangkan murka dari sifat Allah. Sesungguhnya, murka adalah sifat Allah seperti yang di- tunjukkan dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru (Roma 1:18; 3:5-6; 9:22). Murka mencerminkan sikap Allah terhadap kejahatan. Jika TUHAN membiarkan kejahatan, Dia tidak adil atau tidak baik. Menghukum kejahatan itu baik agar kebaikan tetap baik. Bagaimana seharusnya sikap Anda kepada Allah yang adil dan baik itu?

bottom of page