News Title
Menghadapi Pencobaan
Lukas 4:1-13
2025-03-05
Tuhan Yesus adalah Allah yang sejati dan sekaligus Manusia yang sejati. Sebagai Manusia yang sejati, Dia mengalami hal-hal yang sama dengan apa yang dialami oleh manusia pada umumnya. Pencobaan
yang Kristus alami dalam bacaan Alkitab hari ini merupakan pencobaan yang serupa dengan pencobaan yang kita alami, sehingga cara Kristus menghadapi pencobaan tersebut merupakan contoh
untuk kita teladani.
Pencobaan pertama adalah godaan yang memanfaatkan keterbatasan manusiawi (4:2-4). Rasa lapar yang muncul setelah berpuasa selama 40 hari merupakan perasaan yang wajar dialami oleh setiap orang. Bila Tuhan Yesus tidak bisa menerima keadaan lapar ini sebagai kenyataan yang harus dihadapi, lalu ia menghadapi keadaan itu dengan cara yang tidak dapat kita tiru—yaitu mengubah batu menjadi roti—maka kita kehilangan teladan saat kita menghadapi kesulitan yang disebabkan oleh keterbatasan manusiawi.
Sebagaimana Tuhan Yesus yang tidak mau dikendalikan oleh keinginan untuk makan, kita pun harus melakukan cara-cara yang wajar untuk memenuhi kebutuhan manusiawi kita. Apakah Anda pernah tergoda untuk memenuhi keinginan Anda dengan cara yang mudah—termasuk dengan mencuri (korupsi)—tanpa
peduli terhadap kehendak Alllah? Pencobaan kedua adalah godaan untuk memperoleh kekuasaan dengan menyembah Iblis atau mengikuti cara yang disarankan oleh Iblis.
Pencobaan kedua merupakan peringatan agar saat kita ingin menggapai kekuasaan, jangan kita membiarkan diri kita dikendalikan oleh Iblis dan memakai cara-cara yang bertentangan dengan kehendak Allah. Saat memperoleh kekuasaan pun, kita harus sadar bahwa kita harus tetap menyembah Allah dan jangan sampai disesatkan untuk melakukan hal-hal yang bertentangan dengan kehendak Allah.
Apakah Allah tetap menjadi yang terutama dalam kehidupan Anda? Pencobaan ketiga adalah godaan untuk mencari popularitas secara tidak wajar, termasuk dengan kedok “memamerkan iman”. Bila Tuhan Yesus mengikuti saran Iblis untuk meloncat dari atap Bait Allah, Dia pasti akan menjadi populer dan meraih banyak pengikut, tetapi Dia tidak mau berbuat seperti itu. Bagi orang beriman pada masa kini, kita harus selalu menyadari bahwa kita memiliki keterbatasan manusiawi.
Allah memang bisa melakukan mukjizat atau hal-hal yang supranatural. Akan tetapi, mukjizat bukanlah alat untuk mencari popularitas. Mukjizat yang benar akan menghasilkan kemuliaan Allah, bukan kemuliaan
manusia.
Apakah Anda sedang berjuang untuk memuliakan Allah atau Anda sedang berjuang untuk memuliakan diri Anda sendiri?