top of page

News Title

Sikap Hati Saat Memberi Persembahan

Ulangan 26

2024-05-02

Allah berfirman bahwa umat Israel harus mempersembahkan buah sulung kepada-Nya bila mereka sudah masuk ke negeri yang diberikan TUHAN kepada mereka sebagai milik pusaka. Hal ini terjadi setelah panen pertama di lahan baru di Tanah Kanaan. Nama Allah, yaitu TUHAN, sering disebut untuk menyoroti fakta bahwa Tuhan-lah yang memberi hasil tanah, bukan dewa-dewa yang kepada mereka bangsa-bangsa lain memohon berkat. Umat Israel harus pergi ke tempat yang dipilih TUHAN untuk membuat nama-Nya berdiam di sana. Kemudian, umat Israel harus menghadap imam, dan imam akan mengambil bakul dari tangan mereka dan meletakkan bakul itu di depan mezbah TUHAN (26:1-4). Setiap orang yang memberi persembahan harus membuat pernyataan saat menyerahkan bakul, “Aku menyatakan pada hari ini kepada TUHAN, Allahmu, bahwa aku telah masuk ke negeri yang dijanjikan TUHAN dengan sumpah kepada nenek moyang kita untuk diberikan kepada kita.” (26:3b). Pernyataan ini menegaskan bahwa ia memasuki negeri ini karena TUHAN yang memberikan tempat itu. Pemberi persembahan harus mengungkapkan narasi lain yang lebih panjang mengenai sejarah penebusan Allah atas diri mereka (26:5-10). Fokusnya adalah pada kasih karunia Allah. Intinya, si pemberi persembahan mengatakan bahwa ia ada di sini karena Allah telah menyelamatkan dan menjaganya. Dalam Ulangan 16, kita telah melihat pentingnya menceritakan sejarah pada saat ibadah umum. Mengingat sejarah penebusan dapat menyatukan hati umat Allah dan memperkuat iman dengan mengingatkan bahwa kita menaruh kepercayaan pada Allah yang perkasa yang telah melakukan banyak hal untuk
menolong kita.
Setelah pernyataan iman yang panjang, si pemberi persembahan menyebutkan alasan kedatangannya mempersembahkan buah sulung, “Oleh sebab itu, di sini aku membawa hasil bumi pertama yang telah Kauberikan kepadaku, ya TUHAN” (26:10a). Dia tidak berkata, “Saya membawa hasil kerja saya!” Bagaimana sikap hati Anda saat memberi persembahan kepada Allah? Apakah Anda fokus pada faktor manusia— yaitu Anda memperoleh segala sesuatu karena kehebatan diri sendiri— atau pada faktor Allah, yaitu Allah-lah yang telah menolong Anda sehingga Anda memperoleh apa yang Anda miliki saat ini? Jika Anda meyakini bahwa kebutuhan hidup Anda telah diberikan Allah kepada Anda, Anda akan memberi persembahan dengan sukacita. Jadi, Musa mengatakan bahwa seluruh anggota keluarga—termasuk orang Lewi dan orang asing”—akan bersukaria karena segala kebaikan yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu dan seisi rumahmu” (26:11).

bottom of page