"Bangkit Bersama Kristus: Dialah Damai Sejahtera dan Pengharapan Kita"
Yohanes 20:19-23, 1 Petrus 1:3-6
Pdt. Martin H. Ghazali
Pendahuluan
Pada malam pertama setelah Yesus Bangkit, murid-murid Yesus berkumpul di suatu tempat, dengan pintu-pintu yang terkunci. Mengapa demikian? Mereka sedang dalam keadaan ketakutan terhadap orangorang Yahudi yang baru saja menyalibkan Yesus melalui tangan penguasa saat itu. Murid-murid dicekam oleh rasa takut. Mereka masih sangat terguncang oleh peristiwa penyaliban Yesus. Mereka mengunci diri rapatrapat dalam keadaan takut, tertekan, resah, tidak ada kejelasan dan kepastian mengenai apa yang akan mereka hadapi selanjutnya. Pada saat itulah, Yesus datang dan berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata, “Damai Sejahtera bagi kamu !”
Damai Sejahtera bagi kita hari ini
Dalam Alkitab, kata “eirene” dalam PB, atau “Shalom” dalam PL, diterjemahkan “Damai Sejahtera”. Kata ini memiliki cakupan pengertian yang luas, dapat merujuk pada keselamatan eskatologis yang dialami umat Tuhan secara utuh (jasmani rohani, material spiritual). Khususnya damai dalam konteks hubungan manusia dengan Allah, yang oleh Kristus diperdamaikan dengan Allah dan menerima pengampunan dosa melalui iman. Eirene juga digunakan untuk merujuk pada relasi damai dengan sesama. Kata ini juga dapat merujuk pada kondisi damai secara batiniah dalam pikiran dan perasaan.
Di tengah kondisi rasa takut dan tertekan yang dialami para murid, Tuhan memberikan apa yang benar-benar dibutuhkan mereka saat itu, yaitu damai sejahtera bagi jiwa mereka. Sesudah berkata demikian, Ia menunjukkan tangan-Nya dan lambung-Nya kepada para murid. Dalam catatan Lukas, Yesus bahkan menyuruh mereka untuk meraba Dia, dan makan sepotong ikan goreng di depan mata mereka, untuk membuktikan kenyataan Diri-Nya yang bangkit secara tubuh sekaligus secara supranatural. Murid-murid itu bersukacita ketika mereka melihat Tuhan yang bangkit. Kemudian, sekali lagi Yesus berkata, “Damai sejahtera bagi kamu!”. Diulangi sampai dua kali, artinya hal ini penting dan perlu bagi para murid saat itu.
“Shalom” adalah salam Paskah yang Tuhan berikan bagi murid-murid yang sedang terguncang dan takut 2000 tahun yang lalu. Sesungguhnya, salam Paskah itu juga amat kita butuhkan bagi hati dan pikiran kita saat ini di tengah situasi kondisi pandemik yang menekan. Ya, kita tidak bisa melihat dan meraba Yesus yang bangkit itu seperti yang dialami para murid. Tetapi kita dapat melihat dan mengalami Tuhan yang bangkit itu ada bersama kita hari ini melalui iman kepada kesaksian para murid yang adalah para saksi mata peristiwa itu, yang kemudian dicatat dalam Alkitab. Bahwa Ia bangkit, artinya Ia hidup sampai saat ini, dan oleh Roh Kudus yang diutusNya, Tuhan Yesus mengaruniakan damai sejahtera-Nya juga bagi kita yang percaya hari ini. Kita dapat menerima damai sejahtera Tuhan itu dengan memohon pada-Nya dan percaya. Dan damai sejahtera Allah sanggup memelihara hati dan pikiran kita dari segala kekawatiran dalam Kristus Yesus (Filipi 4:6-7).
Damai sejahtera Tuhan bukan meniadakan kesulitan dan segala penderitaan seketika, tetapi menguatkan, meneguhkan, menghiburkan hati dan pikiran, dari ketakutan menjadi tenang dan percaya. Damai sejahtera itu berasal dari Yesus yang sudah bangkit. Dialah Damai sejahtera kita, yang dapat kita terima dan alami hari ini (present).
Hidup Yang Penuh Pengharapan
Bagian teks yang kedua, Rasul Petrus mengatakan bahwa Kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati membawa kita kepada suatu hidup yang penuh pengharapan. Semua manusia, tanpa kecuali, membutuhkan pengharapan dalam menjalani hidupnya setiap hari. Tanpa pengharapan, tidak ada orang yang dapat bertahan menghadapi tantangan dan kesulitan hidup. Tetapi selama seseorang memiliki pengharapan, ia akan sanggup menghadapi tantangan dan kesulitan seberat apa pun.
Dari mana asalnya pengharapan kita orang percaya? Rasul Petrus mengatakan, dari hidup yang telah dilahirkan kembali oleh Allah menjadi hidup yang baru. Dan itu terjadi oleh Kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati. Bagaimanakah hal ini bisa kita pahami? Di ayat 23 dan 25 Petrus menyebutkan bahwa orang percaya dilahirkan kembali oleh Firman Allah, yaitu Injil kabar baik Yesus Kristus. Injil tentang Yesus yang mati dan bangkit itulah yang kemudian diberitakan dan didengar dan direspons dengan iman, sehingga menyelamatkan dan melahir-barukan.
Kebangkitan Kristus memberikan pengharapan yang kokoh dan landasan bagi janji kebangkitan orang-orang percaya kelak (Yohanes 11:25, I Korintus 15:21-22). Karena Yesus Kristus sudah bangkit, maka kita yang percaya pada-Nya kelak akan dibangkitkan dalam persekutuan dengan-Nya untuk hidup selama-lamanya. Itulah pengharapan Kristen. Hidup yang tidak dapat binasa, tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga bagi kita (I Petrus 1:4).
Hendaklah setiap kita menantikan keselamatan yang dari Allah itu dinyatakan. Itulah, sebabnya kita memiliki alasan untuk bergembira, karena kita memiliki pengharapan yang kekal dan pasti, yang masih dan sedang kita nantikan (future), sekalipun untuk sekarang ini kita sementara dapat mengalami berbagai-bagai pencobaan dan penderitaan.