top of page

"Inkarnasi & Penderitaan Kristus"

Pdt. Martin H. Ghazali
1. Inkarnasi - Mengosongkan diri-Nya
Di dalam Alkitab yang menjelaskan mengenai inkarnasi Kristus, yakni Kristus yang telah mengosongkan diri-Nya atau yang sering disebut sebagai kenosis terdapat dalam Filipi 2:5-7.
Filipi 2:5-7, “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.”
Frasa “Telah mengosongkan” di sini menggunakan kata ekenosen dalam bahasa Yunaninya, yang berasal dari akar kata kenoo yang berarti kosong atau hampa. Pengertian inilah yang seringkali disalahartikan oleh sebagian orang, seperti halnya yang baru-baru ini terjadi. Ada seorang hamba Tuhan terkenal yang menafsirkan bagian ini dengan menganggap frasa “mengosongkan diri-Nya” berarti bahwa Yesus dikosongkan, dilucuti habis-habisan hingga kehilangan kesadarannya. Bahkan, ia berkata bahwa Yesus mati dua kali, yakni ketika Yesus berinkarnasi, Allah Bapa membunuhnya dan ketika Yesus mati di kayu salib. Jelas hal ini tidak benar dan menyesatkan. Karena itu, kita harus memahami arti inkarnasi yang sebenarnya menurut Alkitab.
Kalau kita perhatikan kembali Filipi 2:6, Yang walaupun dalam rupa Allah, sebenarnya ada kata “being” (dalam bahasa aslinya, huparkon), yang seharusnya diterjemahkan sebagai “ada,” yang menunjukkan sebuah keberadaan yang tidak bisa berubah. Dengan kata lain, Yesus tidak kehilangan atau melenyapkan hakikat atau keberadaan keilahian-Nya/ke-Tuhanan-Nya. Sebaliknya, mengosongkan diri-Nya di sini berarti Ia menutupi dan membatasi Diri-Nya sedemikian rupa dalam segala keterbatasan dan kelemahan natur manusia.
Oleh sebab itu, Paulus ketika menjelaskan frasa “Yang walaupun dalam rupa Allah” dalam ayat 6, ia tidak menggunakan kata “skema,” sebaliknya menggunakan kata “morphe.” Kata “morphe” merujuk pada hal yang bersifat esensial, yakni berbicara mengenai natur/hakekat. Dengan demikian, Kristus memiliki natur/hakikat manusia tetapi Ia tetap Allah. Ibrani 13:8, “Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya.” Karenanya di dalam diri Kristus ada 2 natur, yakni natur Allah dan natur manusia. Allah sepenuhnya dan manusia sepenuhnya.
Karena itu, mengosongkan diri-Nya artinya Kristus menyangkal diri-Nya atau membatasi diri-Nya dengan segala privillage-nya, Ia justru tidak memakainya. Hal ini menunjukkan betapa besar kasih Allah kepada manusia. Ia rela membatasi diri-Nya sendiri dan Ia mau turun ke dalam dunia ini menjadi hamba yang secara status jauh sekali. Pencipta menjadi ciptaan. Ada perbedaan yang sangat drastis yang Allah lakukan demi menyelamatkan manusia.

2. Inkarnasi - Turut merasakan kelemahan-kelemahan kita dan dicobai hanya tidak berbuat dosa.
Ibrani 4:15 berkata, “Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.” Di dalam inkarnasi, Yesus merasakan apa yang dirasakan oleh manusia karena Ia adalah manusia seutuhnya. Secara fisik, Alkitab mengatakan bahwa Yesus bisa merasakan rasa lapar dan haus, membutuhkan istirahat/tidur. Secara emosi, Yesus juga dapat merasakan kesedihan, kemarahan, ataupun rasa gentar/takut. Secara spiritual, penulis Injil mencatat bagaimana Yesus berelasi dengan Bapa-Nya. Ia mencari waktu untuk berdoa kepada Bapa-Nya.
Selain itu, di dalam inkarnasi, Yesus juga mempunyai sikap simpati dan empati layaknya manusia biasa. Bedanya, jika manusia mudah sekali terbawa perasaan hingga menyetujui hal-hal yang tidak benar (contohnya, film Joker), tetapi Tuhan Yesus tidaklah demikian. Sekalipun Tuhan Yesus mempunyai rasa empati, tetapi Tuhan Yesus tidak terhanyut di dalam keberdosaan manusia.
Tuhan Yesus mengerti dengan benar apa yang menjadi tujuan-Nya datang ke dalam dunia ini. Karena itu, apapun yang Tuhan Yesus lakukan hanya untuk memuliakan Bapa di Sorga dan melakukan kehendak Bapa-Nya. Karena itu, ketika Yesus menjadi sama seperti manusia, Ia menjadi Imam Besar yang sempurna. Ia adalah Perantara yang Agung, yang tidak berdosa dan tidak bercacat cela.
Demikian juga halnya dengan rasa cemas dan takut. Ketika Tuhan Yesus ditangkap dan mau disalibkan, Tuhan Yesus tahu dan bisa merasakan kegelisahan yang dihadapi oleh para murid. Karena itu, Tuhan Yesus berkata dalam Yohanes 14:1-3, “Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada.”
Dengan kata lain, di tengah kondisi yang menggelisahkan hati dan meresahkan pikiran para murid, Tuhan Yesus mengajak para murid untuk percaya kepada-Nya, bahwa Ia tidak akan pernah meninggalkan mereka. Bahkan, Ia sudah menyediakan tempat di mana Ia berada, para murid pun akan berada bersama-sama dengan-Nya. Sama halnya dengan situasi kita hari ini. Di tengah segala kecemasan dan kekawatiran kita akan bahaya virus corona, Tuhan mengajak kita untuk tetap percaya kepada-Nya. Dan tidak hanya itu saja, Tuhan pun menjanjikan kepada kita seorang penolong bagi setiap orang yang percaya kepadaNya.
Yohanes 14:16 berkata, “Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran.” Ada Roh Kudus bersama-sama dengan orang-orang percaya. Roh Kuduslah yang akan menguatkan dan menolong kita dalam menghadapi setiap kekawatiran dan kegelisahan di dalam hati kita. Ketika kita mau sungguh-sungguh percaya dan bersandar kepada-Nya, maka kita akan mengalami damai sejahtera dalam hati kita.

3. Tujuan Inkarnasi: Penebusan dan Keselamatan
Galatia 4:4-5 dan Roma 10:4 berkata, “Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus AnakNya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat. Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak. Sebab Kristus adalah kegenapan hukum Taurat, sehingga kebenaran diperoleh tiap-tiap orang yang percaya.”
Yesus berinkarnasi menjadi manusia, Ia lahir dan hidup di bawah hukum Taurat dengan satu tujuan utama yaitu supaya Ia bisa menjalankan dan menggenapi seluruh tuntutan hukum Taurat. Karena tidak ada seorang pun yang dapat memenuhi tuntutan hukum Allah. Semua manusia telah gagal, dan kegagalan manusia itu membawa manusia pada penghakiman dan penghukuman. Tetapi, Yesus datang berinkarnasi dan menjadi manusia, supaya Ia dapat menggenapi seluruh tuntutan hukum Taurat yang tidak bisa dipenuhi oleh satu manusia pun sepanjang sejarah. Tujuannya adalah supaya Ia dapat menebus setiap manusia yang hidup di bawah hukum Taurat dan yang telah hidup melanggar hukum Taurat tersebut. Dengan demikian, Kristus adalah kegenapan dari hukum Taurat dan Ia datang untuk menggenapi hukum Taurat. Sehingga kita dibenarkan bukan karena kita melakukan hukum Taurat (kita tidak akan mampu melakukan semua hukum Taurat), tetapi karena Kristuslah kita dibenarkan oleh Allah. Oleh karena itu, Ibrani 9: 22 berkata, “Dan hampir segala sesuatu disucikan menurut hukum Taurat dengan darah, dan tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan.”
Kalau Yesus tidak datang menjadi manusia, maka tidak mungkin ada penebusan. Karena penebusan membutuhkan darah. Ibrani 10:5 berkata, “Karena itu ketika Ia masuk ke dunia, Ia berkata: "Korban dan persembahan tidak Engkau kehendaki--tetapi Engkau telah menyediakan tubuh bagiku--.” Yesus berinkarnasi menjadi daging/bertubuh berdarah daging, supaya Ia menjadi kurban penebusan dosa kita. Karena tanpa itu, tidak akan ada pengampunan. Tanpa itu, tidak akan ada keselamatan untuk umat manusia.
Kita melihat ayat berikutnya, ketika Yesus menjadi kurban, darah-Nya dicurahkan, dan Ia mati, tetapi pada hari yang ketiga Ia bangkit kembali, itulah Injil. Yesus mati karena dosa manusia dan Ia dibangkitkan untuk keselamatan kita. Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus. Oleh sebab itu, setelah kita percaya kepada Kristus dan menjadi anak-anak Allah, maka kewargaan kita adalah di dalam sorga dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat, yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuhNya yang mulia, menurut kuasa-Nya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diri-Nya. Melalui inkarnasi, Yesus mati dan bangkit, maka barang siapa yang percaya, ia memiliki pengharapan bahwa ia pun akan dibangkitkan sama seperti Yesus telah bangkit, maka barang siapa yang percaya juga akan dibangkitkan. Ini adalah kabar baik. Di tengah kondisi kita sering mendengar kabar buruk, ini adalah kabar baik. Kalau berbicara mengenai kondisi sekarang ini, apa yang paling saudara takutkan? Kematian. Cepat atau lambat, semua orang akan mengalaminya. Akan tetapi sebagai orang percaya kematian seharusnya bukan hal yang menakutkan karena kita percaya ada kehidupan setelah kematian dan Tuhan telah menjaminnya. Barangsiapa percaya kepada-Nya, maka ia akan memperoleh hidup yang kekal. Pada waktu-Nya, kita akan dibangkitkan oleh Tuhan.
Kiranya Firman Tuhan ini menjadi kekuatan bagi setiap kita yang sudah percaya kepada-Nya dan menjadi kabar baik yang harus kita beritakan kepada setiap orang yang belum percaya kepada-Nya, karena hanya di dalam Kristuslah ada keselamatan, damai sejahtera dan janji penyertaan Tuhan.

"Inkarnasi & Penderitaan Kristus"
bottom of page