"Yudas Menghianati Yesus”
Matius 26:14-16
Pdt. Benyamin Uriel
Pendahuluan:
Hanya Alkitab, satu-satunya kitab suci yang dengan jujur, terbuka, dan transparan mencatat semua kelemahan, kejatuhan, kegagalan atau keberhasilan dari setiap tokoh-tokoh yang tercatat dalam Alkitab. Tujuannya adalah supaya setiap pembaca dapat menyadari betapa lemahnya manusia – termasuk tokohtokoh yang pernah dipakai Tuhan dengan luar biasa – seperti Musa, Elia, Gideon, Simson, Daud, dan yang lainya. Karena itu, hari ini kita akan merenungkan tentang Yudas menghianati Yesus, yang tentunya dengan harapan, supaya tragedi kegagalan Yudas ini tidak terjadi dalam kehidupan kita. pertanyaan yang akan kita renungkan adalah mengapa Yudas menghianati Yesus? sedikitnya ada 2 penyebab, mengapa Yudas menghianati Yesus.
1. Karena Yudas Iskariot memiliki motivasi yang salah dalam mengikuti Yesus.
Apakah Yesus salah memilih Yudas? Apakah Yesus tidak tahu bahwa Yudas akan menghianati-Nya? Jelas, bahwa Yesus tidak salah memilih, Yesus tahu persis bahwa Yudas akan menghianati-Nya, seperti ditegaskan dalam Yohanes 6:64, “Sebab Yesus tahu dari semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia.” Dari pernyataan Yohanes ini membentangkan sebuah fakta bahwa ke-12 murid yang dipilih Yesus, tidak seorangpun yang sempurna. Semuanya memiliki segudang kelemahan keterbatasan, serta berpotensi mengalami kejatuhan dan kegagalan dalam segala hal. Dalam keadaan seperti inilah, Yesus ingin memproses hati, karakter, dan iman mereka, serta memurnikan motivasi mereka, sebelum mereka diutus untuk memberitakan Injil Kerajaan Sorga.
Dalam konteks Matius 26:14-16, jelas sekali motivasi Yudas mengikuti Yesus adalah karena tamak atau cinta uang. Inilah yang menjadi titik kelemahan dari pada Yudas. Karena itu, Yesus ingin memproses hati, karakter, dan iman Yudas dengan mempercayakan jabatan sebagai bendahara. Tentunya, Yesus tidak bertujuan untuk menjatuhkan Yudas, tetapi ingin memproses hati, iman dan karakter Yudas, serta ingin memurnikan motivasinya, sebelum ia diutus untuk memberitakan Injil.
Namun sayang sekali, Yudas tidak mau diproses, padahal sudah berulang kali baik secara langsung atau tidak langsung Tuhan Yesus sudah menegur atau memperingatkan Yudas, namun ia masih tetap mengeraskan hatinya. Ia tidak menjadi bendahara yang baik dan tidak bertanggung jawab, malah ia mencuri uang bendahara (baca Yohanes 12:1-7). Inilah motivasi yang salah dari Yudas, sehingga menyebabkannya menghianati Yesus. jadi menghianati Yesus bukan hanya murtad, tetapi yang paling berbahaya dan mengerikan adalah tetap mengikuti Yesus atau teta[ bergereja, namun dipenuhi atau diselubungi dengan motivasi yang salah, yang intinya hanya untuk kepentingan pribadi.
Renungkan! Kiranya kegagalan Yudas ini boleh menjadi “warning” buat kita. marilah setiap kita secara pribadi sungguh-sungguh mengoreksi hati kita masing-masing. marilah kita mohon Roh Kudus menolong kita, dan menerangi hati kita untuk melihat apakah motivasi kita sudah benar atau sudah melenceng, misalkan dalam beribadah, bergereja, melayani, memberikan persembahan, dan lain-lain. jadi, jika motivasi kita salah dalam segala aktivitas rohani, maka secara tidak langsung kita sudah atau sedang menghianati Yesus dengan aktivitas rohani!
2. Karena Yudas Iskariot memiliki pemahaman yang salah terhadap pribadi Yesus.
Perlu kita ketahui bahwa Yudas Iskariot adalah satu-satunya murid Yesus yang berasal dari Yudea, sedangkan kesebelas murid Yesus berasal dari Galilea. Kemudian, nama “Iskariot” berasal dari kata “Is” artinya laki-laki, dan “Keriot” yang adalah nama tempat atau kota yang terletak di ujung selatan Yudea (Yeremia 48:42). Jadi Iskariot artinya seorang laki-laki berasal dari kota Keriot. William Barclay memberikan keterangan, bahwa di kota Keriot ada sekelompok pejuang Yahudi yang sangat radikal terhadap penjajah Romawi. Jadi melihat asal usul nama Yudas Iskariot, maka ada kemungkinan, bahwa Yudas Iskariot sebelumnya merupakan salah satu anggota kelompok Yahudi yang radikal. Ketika itu juga keadaan bangsa Yahudi sedang dijajah oleh bangsa Romawi. Karena itu, di kalangan Yahudi yang radikal itu sedang menunggu satu pengharapan yang disebut sebagai pengharapan mesianik, yaitu pengharapan akan datangnya seorang Mesias atau penyelamat, yang akan menjadi pemimpin nasional mereka, dan yang akan mengembalikan kejayaan Israel, seperti pada zaman raja Daud. Pengharapan mesianik ini muncul sudah sejak ratusan tahun yang lalu, yakni sejak mereka dibuang ke Babel.
Sebagai seorang yang dekat dengan Yesus, Yudas tentunya sadar terhadap potensi Yesus; sangat populer, punya kharisma, bisa melakukan mujizat. Kemudian Yesus sanggup menghimpun banyak orang dengan pengajaran-Nya, bahkan dengan mujizat-Nya. Lagipula Yesus adalah keturunan Daud, seorang raja yang paling sukses dalam sejarah bangsa Israel. Bagi Yudas, Yesus adalah harapan yang akan menjadi Mesias bagi bangsa Yahudi. Bisa jadi karena pemahaman inilah Yudas mau mengikut Yesus dan menjadi muridNya. Tetapi dengan berjalannya waktu, kemudian Yudas kelihatannya kecewa, karena Sang Guru yang diikuti dan yang diharapkannya ternyata bukannya menghimpun kekuatan massa untuk mengusir penjajah Romawi, Yesus malah mengajarkan mengasihi musuh dan mendoakannya. Yudas juga melihat bahwa Sang Guru tidak aktif dalam pergerakan revolusi, Yesus malah sibuk mengurus orang miskin, orang sakit, orang terbuang, pemungut cukai, pelacur, dan sebagainya.
Lalu kira-kira Yudas mulai berpikir demikian: “Mungkin Sang Guru harus dipaksa menunjukkan kekuasaan-Nya, yakni Ia harus dihadapkan pada situasi dan kondisi, di mana Ia tidak bisa mengelak lagi, maka Ia pasti akan melakukan tindakan yang bersifat pemberontakan. Kalau itu sampai terjadi, maka orang banyak pasti akan mendukungnya dan revolusi akan pecah.” Maka dibuatlah atau dirancanglah Yesus oleh Yudas sebuah skenario penangkapan Yesus di taman Getsemani. Jadi tujuan Yudas menjual Yesus adalah supaya ketika Yesus mau ditangkap, lalu Ia akan bergerak dan melakukan suatu pemberontakan.
Namun sayang sekali, ternyata Yudas salah perhitungan, salah memahami, dan salah mengenal pribadi Yesus. Yesus justru membiarkan diri-Nya ditangkap, digiring, lalu dihakimi, dan dijatuhi hukuman mati. Itulah yang membuat Yudas sangat menyesal, dan pada akhirnya ia menggantung diri. Jadi Yudas memiliki pemahaman atau pengenalan yang salah akan pribadi Yesus, sehingga membuatnya menghianati Yesus.
Renungkan! Bagaimana dengan pemahaman kita akan pribadi Yesus dalam kehidupan kita? seberapa dalam kita sungguh-sungguh mengenal pribadi Yesus itu dalam seluruh aspek kehidupan kita? adakah pemahaman atau pengenalan kita akan pribadi Yesus membuat hidup kita semakin serupa dengan Dia, atau justru semakin serupa dengan dunia? misalkan, jika kita mengenal bahwa Yesus penuh kasih, maka di saat kita dikecewakan atau disakiti oleh siapapun, adakah hati kita sanggup memaafkan dan mengasihi Dia? Jika kita masih dendam dan sakit hati, maka sesungguhnya kita sudah atau sedang menghianati kasi Yesus.
Penutup:
Kiranya apa yang telah Tuhan Yesus dikatakan dalam Matius 22:14 boleh menjadi mengingatkan dan menyadarkan kita untuk lebih sungguh-sungguh mengikuti Dia, “Sebab banyak yang dipanggil tetapi sedikit yang dipilih.” Artinya banyak orang mengaku percaya tetapi pada saat bertemu dengan Yesus, lalu mereka ditolak, seperti yang ditegaskan dalam Matius 7:21, “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di Sorga.” Inilah yang mengerikan dan yang haru kita takuti melebihi Virus Korona. Karena itu marilah kita selalu mengoreksi motivasi kita, apakah selama ini motivasi kita mengikut Yesus sudah benar atau belum, sudah lurus atau melenceng? Sudahkah kita sungguh-sungguh mengenal pribadi Yesus dengan benar dalam seluruh aspek kehidupan kita? kedua pertanyaan inilah yang harus kita renungkan terus menerus, apakah hidup kita menghianati Yesus atau tidak! Amin.