“Batu Penjuru atau Batu Sandungan?
1 Petrus 2:6-10
Pdt. Yohanes Adrie Hartopo
Alkitab menunjukkan bahwa Yesus Kristus adalah figur “divisive” yang membagi manusia menjadi dua golongan, yakni orang-orang yang menerima dan percaya kepadaNya dan orang-orang yang menolak dan tidak mau percaya kepada-Nya (bnd. Matius 10:34-37; 1 Korintus 1:22-24). Dalam perikop hari ini, kita melihat rasul Petrus juga berbicara mengenai dua macam respons terhadap Yesus, yang digambarkan sebagai “batu penjuru” (cornerstone). Dalam hal ini, Petrus mengutip 3 ayat di PL: Yesaya 28:16; Mazmur 118:22; Yesaya 8:14. Kebenaran yang ada di PL itu dilihat dan dipahami sebagai kebenaran yang teraplikasi dalam kehidupan Yesus.
Apa itu batu penjuru (cornerstone)? Dalam praktik pembangunan suatu bangunan di zaman kuno dulu, batu penjuru adalah batu yang paling penting, yang merupakan batu pertama yang diletakkan dalam suatu fondasi untuk suatu proyek pembangunan yang baru. Begitu pentingnya, maka batu penjuru ini harus dipersiapkan dan ditempatkan secara sempurna (dalam bentuk dan ukuran), karena akan menjadi poin referensi untuk semua batu lainnya yang akan diletakkan.
Kristus itu bukan hanya Pengantara (mediator), tetapi batu penjuru. Batu yang fondasional, yang memberikan arah untuk pembangunan rumah rohani (gereja, ayat 4-5). Struktur dan arah hidup kita, sebagai umat-Nya (gereja-Nya), ditentukan oleh Dia. Kristus digambarkan sebagai batu penjuru yang “terpilih” (chosen), jadi Allah yang memilih dan menetapkan. Juga batu penjuru yang “mahal” (precious). Artinya, di mata Allah Kristus itu berharga, tidak setara dengan yang lain dalam nilai, dan tidak bisa digantikan.
Dalam perikop ini, kita melihat dua macam respons yang berbeda yang digambarkan oleh Petrus dengan mengutip tiga ayat PL itu.
Respon pertama: “Jesus is precious” bagi yang percaya
Ayat 7: “Karena itu bagi kamu, yang percaya, ia mahal…” Bisa juga diterjemahkan begini: “So the honor is for you who believe…” Bukan hanya Kristus itu berharga, tetapi juga kepercayaan pada Kristus itu merupakan sesuatu yang berharga (bnd. Matius 13:45-46; Filipi 3:7-8).
Maka tidak heran kalau dikatakan di ayat 6: “dan siapa yang percaya kepada-Nya, tidak akan dipermalukan.” Jika kita menaruh percaya pada Kristus, maka tidak akan dikecewakan. Orang bisa dikecewakan ketika menaruh pengharapan pada seseorang dan kemudian pengharapan itu hancur berantakan. Tidak demikian dengan orang yang menaruh harapan dan kepercayaan pada Kristus. Pasti tidak akan dikecewakan. Jika kita membangun hidup kita di atas batu penjuru ini, hidup kita tidak akan menjadi roboh atau hancur berantakan (khususnya ketika ada badai). Jangan lupa konteks penerima surat 1 Petrus yang mengalami banyak penderitaan.
Respon kedua: “Jesus is offensive” bagi yang tidak percaya
Ayat 7: “…tetapi bagi mereka yang tidak percaya: ‘Batu yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan, telah menjadi batu penjuru, juga telah menjadi batu sentuhan dan suatu batu sandungan.”
Bagi yang tidak percaya, batu penjuru itu menjadi batu yang membuat orang tersandung, batu yang membuat mereka jatuh. Tersandung itu arti harafiahnya: kaki terantuk sesuatu (batu) dan jatuh. Tetapi di sini punya arti figuratif: “take offence at and reject” (marah atau tidak senang dengan sesuatu yang dikatakan atau dilakukan orang lain dan kemudian menolak). Jadi, Yesus itu ofensif bagi orang-orang tertentu, sehingga mereka menolak-Nya. Kenapa tersandung? Sebab Kristus bukanlah Mesias sebagaimana yang mereka harapkan. Bagi orang-orang ini, Yesus tidak berarti karena tidak sesuai dengan pemahaman mereka mengenai Mesias. Sampai saat ini, Yesus terus menjadi batu sandungan bagi sebagian orang. Mereka menolaknya atau hanya mau percaya pada Kristus yang sesuai dengan pemikiran mereka yang sudah terbentuk.
Menarik untuk diperhatikan apa yang ditulis di ayat 8: “Mereka tersandung padanya, karena mereka tidak taat kepada firman Allah.” Akarnya di sini: tidak mau taat. Mereka adalah orang-orang hidup dalam ketidak-taatan dan pemberontakan melawan Allah (bnd. Yohanes 3:19-20).
Orang-orang yang menolak pada akhirnya akan membawa pada kehancuran atau hukuman bagi diri mereka sendiri.
Penutup dan kesimpulan:
Kristus itu menjadi batu penjuru atau tidak sama sekali. Kristus menuntut kesetiaan total. Tidak ada posisi netral. John Calvin berkata: “there is no middle way between these two; we must either build on Him, or be dashed against Him.”