top of page

“Cara Hidup Orang Kristen di Tengah-tengah Jemaat”
1 Petrus 3:8-12

GI. Juni Purnomo
Dalam sebuah artikel dikatakan, “The church can become a place where
people experience deep wounds rather than healing.” Gereja bisa menjadi
tempat di mana orang mengalami luka yang dalam daripada pemulihan/
penyembuhan. Karena itu, dalam salah satu penelitian Barna di Amerika, me-
nunjukkan bahwa hampir 4 dari 10 orang yang tidak pergi ke gereja dikarenakan
mereka menghindari gereja karena pengalaman masa lalu yang negatif di gereja
atau dengan orang-orang di gereja. Mengapa demikian? Karena ada banyak
orang percaya tidak sungguh-sungguh menghidupi Firman Tuhan di dalam
hidupnya dan kasih Kristus tidak tampak dalam hidupnya. Sehingga tidak
mengherankan jika ada banyak orang Kristen menjadi batu sandungan bagi
orang Kristen lainnya. Karena itu, bagaimana cara hidup orang Kristen yang
benar di tengah-tengah jemaat agar hidupnya menjadi berkat dan memuliakan
nama Tuhan?
1. Memiliki kesehatian dalam mengasihi
Sehomogen apapun sebuah gereja, tidak ada satu gereja pun yang terlepas
dari yang namanya perbedaan. Kita pasti akan menemukan adanya perbedaan
baik itu dalam hal ras, suku, karakter, pendidikan, status sosial-ekonomi,
maupun cara pandang dan sebagainya. Sehingga tak mengherankan jika
perbedaan inilah yang seringkali menjadi pemicu konflik dalam kehidupan
berjemaat. Karena itu, para rasul seringkali menasihati jemaat untuk tetap
mempertahankan kesatuan Roh dalam ikatan damai, seperti yang dikatakan
dalam Efesus 4:1-3, Filipi 2:1-11, Roma 12:16 dan sebagainya. Hal ini dikarenakan
ada banyak godaan untuk memecah kesatuan atau keharmonisan kehidupan
berjemaat yang berbeda latar belakang dan sebagainya. Dalam hal ini, rasul
Petrus juga mengingatkan seluruh orang percaya untuk seia sekata, seperasaan
dan rendah hati dalam mengasihi saudara seiman.
2. Tidak membalas kejahatan orang lain
Ditinjau dari latar belakangnya, ada 2 pergumulan besar yang dihadapi
jemaat pada saat itu. Pertama, pergumulan dari luar jemaat, yakni setelah
agama Kristen menjadi kelompok tersendiri dan terpisah dari Yudaisme, mereka
mendapatkan perlawanan dari Roma, yang pada saat itu berada dibawah
pemerintahan Nero (62-65M). Sehingga, perubahan sikap pemerintah terhadap
agama Kristen menimbulkan tantangan dan penganiayaan bagi gereja-gereja di
bagian utara Asia Kecil di propinsi-propinsi Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia dan
Bitinia. Kedua, pergumulan dari dalam jemaat itu sendiri, yakni tidakharmonisan
di tengah perbedaan yang ada. Sehingga, dari awal Petrus mengingatkan mereka
untuk seia sekata, seperasaan dan rendah hati dalam mengasihi karena kasih
menjadi kunci dari kesatuan jemaat.
Karena itu, tidak dapat dipungkiri, di tengah penganiayaan yang dialami
dan perbedaan/konflik yang terjadi di dalam tubuh jemaat itu sendiri sangat
mungkin menimbulkan rasa sakit yang muncul di dalam tubuh Kristus. Namun,
dalam bagian ini, rasul Petrus mengingatkan mereka untuk tidak membalas
kejahatan dengan kejahatan, sebaliknya memberkati mereka. Mengapa
demikian? Orang yang tidak membalas kejahatan adalah orang yang mencintai
hidup dan mau melihat hari yang baik. Karena itu, ia pasti menjaga lidahnya,
menjauhi yang jahat dan selalu mencari perdamaian. Mengapa? Karena mata
Tuhan tertuju pada orang benar. Istilahnya kita tidak perlu kuatir karena Tuhan
sendiri yang akan menyatakan keadilan dan penghakimannya sesuai waktu
Tuhan. Perhatikan ayat 12, “Sebab mata Tuhan tertuju kepada orang-orang
benar, dan telinga-Nya kepada permohonan mereka yang minta tolong, tetapi
wajah Tuhan menentang orang-orang yang berbuat jahat.” Karena itu, jangan
jemu-jemu kita berdoa. Pada waktu-Nya, kita akan melihat pertolongan Tuhan
dan orang-orang yang berbuat jahat pasti akan mendapatkan hukumannya
sesuai dengan cara dan waktunya Tuhan.
1 Yoh. 4:20 berkata, “Jikalau seorang berkata: “Aku mengasihi Allah," dan
ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak
mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang
tidak dilihatnya. Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi
saudaranya.” Jadi, sikap kasih yang kita tunjukkan kepada orang lain seharusnya
dapat menghadirkan kasih Tuhan yang nyata. Dengan demikian, kehidupan
orang percaya dapat menjadi berkat bagi orang lain.

“Cara Hidup Orang Kristen di Tengah-tengah Jemaat”
1 Petrus 3:8-12
bottom of page