top of page

“Eksposisi 1 Petrus 1:22-25”
(Hidup di Tengah Penderitaan)

GI. Eko Prayitno
Pendahuluan:
Surat Petrus menunjukkan kepada kita, bahwa orang-orang Kristen mula mula yang tersebar di Asia kecil, pada waktu itu mengalami penderitaan dan pergumulan. Mereka seringkali mengalami krisis identitas. Mereka merupakan kelompok minoritas (2:12), yang tidak dipandang dan bahkan dianggap sebagai kaum marjinal (2:18 “hai kamu, hamba-hamba”). Tidak ada kelebihan atau hak istimewa duniawi yang mereka miliki! Berkali-kali mereka difitnah dan dinista (2:12; 3:16). Dan merekapun juga mengalami ketidakadilan (2:18-19; 4:14-16). Di tengah-tengah kondisi seperti inilah surat Petrus dituliskan kepada mereka. Dengan harapan supaya mereka mendapatkan kekuatan dan pengharapan.
Kita pun hari ini juga tidak luput dari penderitaan, pergumulan, dan tekanan hidup. Hanya saja mungkin bentuknya berbeda dengan orang-orang Kristen mula-mula di sekitar Asia kecil. Di tengah-tengah kondisi hidup kita yang dekat dan akrab dengan penderitaan, pergumulan, dan tekanan, Petrus mengajarkan kepada kita dua hal:
1. Mengamalkan Kasih Persaudaraan
Ayat 22 mengatakan: “Karena kamu telah menyucikan dirimu oleh ketaatan kepada kebenaran, sehingga kamu dapat mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas, hendaklah kamu bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap hatimu.”
Apa itu “kasih persaudaraan”? Kata “kasih persaudaraan” ini diterjemahkan dari Bahasa Yunani PHILADELPHIA, yang berasal dari dua suku kata, yakni PHILEO/PHILIA (yang berarti kasih / mengasihi), dan ADELPHOS (yang berarti brother /saudara). PHILADELPHIA ini jarang digunakan, bahkan hampir tidak pernah ditemukan dalam literatur-literatur (tulisan-tulisan) di luar literatur/tulisan kekristenan. Artinya bahwa kata PHILADELPHIA atau “kasih persaudaraan” merupakan sebuah ciri khas yang melekat dengan kehidupan kekristenan. PHILADELPHIA atau “Kasih Persaudaraan” merupakan karakter dan identitas kekristenan.
Lalu bagaimana seharusnya kita mengamalkan kasih persaudaraan di dalam kehidupan kita? Firman Tuhan mengatakan “dengan tulus ikhlas” → unto unfeigned love (KJV), dengan tidak pura-pura/munafik; → for a sincere love (RSV), → dengan sungguh-sungguh dari hati. Coba perhatikan frasa ini “sungguhsungguh saling mengasihi,” di sini terjadi perubahan kata, bukan lagi menggunakan kata PHILADELPHIA lagi, tetapi menggunakan kata AGAPASATE (dari suku kata AGAPAO/AGAPE). Artinya untuk mengasihi saudara seiman kita, kita butuh standar kasih tertinggi, yaitu kasih Allah itu sendiri. Petrus menginginkan pembacanya memiliki kemajuan kasih itu, bukan hanya kasih persaudaraan yang didasari dari kasih manusia, melainkan kasih persaudaraan yang di dasari dari kasih Allah itu sendiri.
Yohanes 13:34-35 “(34) Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu, demikian pula kamu harus saling mengasihi. (35) Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.”
2. Hidup di Atas Dasar Firman Allah
Ayat 23 mengatakan: “Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak fana, (yakni) oleh firman Allah, yang hidup dan yang kekal.”
Firman Allah yang seperti apa yang mendasari kita hidup di dunia yang penuh tantangan ini? Bahwa firman Allah itu firman Allah yang bersifat kekal dan dari benih yang tidak fana, → “incorruptible / unperishable seed” → (firman yang tidak bisa rusak / busuk / mati). Firman Allah dari benih ilahi! Yaitu firman dari Allah yang hidup itu sendiri.
Kita adalah anak-anak Allah yang telah dilahir-barukan oleh kebenaran firman Allah yang hidup itu. Maka dari itu sudah menjadi hal yang mutlak jika kita hidup hari ini dengan segala keberadaan kita dan pergumulan, kita harus mendasarkannya hidup kita pada firman Allah yang hidup itu. Karena firman Allah yang hidup itu bukan hanya sekedar memberikan sebuah solusi kehidupan kita di dunia ini (yang sementara), tetapi firman Allah itu memberikan sebuah jaminan dan pengharapan terhadap kehidupan kekal kita kelak. Selama kita mau mendasarkan hidup kita pada firman Allah yang hidup itu, maka saya yakin dan percaya, bahwa kehidupan kita tidak akan mampu digoyahkan dengan keadaan apapun.
Bapak ibu, firman Allah itu telah benar-benar menjadi pribadi yang hidup, yang turun ke dalam dunia, dan bahkan mati di kayu salib untuk menjamin kehidupan orang-orang percaya kepada kehidupan yang kekal, kehidupan yang tidak binasa. Melahir-barukan kita orang percaya. Maka sebagai orang-orang percaya, seharusnya tidak ada alasan untuk tidak mendasarkan kehidupan kepada Sang Firman Allah yang hidup itu, yang menjadi sumber kehidupan kita dalam kekekalan.
Bapak ibu, ketika kita diberikan kesempatan untuk hidup di dunia yang penuh tantangan ini, janganlah kita salah mendasarkan kehidupan kita. Janganlah kita mendasarkan nilai kehidupan kita terhadap kekayaan dunia, atau terhadap kekuatan kita, atau hal apapun yang bersumber dari dunia fana ini. Karena segala sesuatu yang berasal dari dunia materi ini memiliki sifat yang rapuh dan fana. Ayat 24 mengatakan: “Sebab, semua yang hidup adalah seperti rumput dan segala kemuliaannya seperti bunga rumput, rumput menjadi kering, dan bunga gugur.” Tetapi sebaliknya bapak ibu, sebagai orang-orang percaya, kita perlu mendasarkan kehidupan kita kepada firman Tuhan, karena firman Tuhan bersifat kekal, dan mampu menjamin hidup kita. Ayat 25 mengatakan: “tetapi firman Tuhan tetap untuk selama-lamanya. Inilah firman yang disampaikan Injil kepada kamu.”
Penutup:
Itulah nasihat Petrus kepada kita sekalian, bagaimana kita seharusnya menjalani kehidupan kita di dunia ini yang penuh dengan tantangan, penuh pergumulan, penuh dengan tekanan, dan bahkan penuh penderitaan. Petrus mengajarkan bagaimana kita perlu mengamalkan kasih persaudaraan sebagai anak-anak Tuhan. Dan yang kedua, Petrus mengajarkan kepada kita untuk mendasarkan hidup kita kepada firman Allah yang hidup. Dan inilah dasar kekuatan kita sebagai anak-anak Allah. Kiranya Tuhan menguatkan kita sekalian.

“Eksposisi 1 Petrus 1:22-25”
(Hidup di Tengah Penderitaan)
bottom of page