“Jagalah Hati”
Amsal 4:23
GI. Stanley Theofilus
Pendahuluan
Saudara, saya percaya kita sering banget mendengar kalimat, “Ikuti kata hatimu” atau dalam bahasa Inggrisnya “Follow Your Heart.” Frasa ini sering kali dijadikan tema lagu dan dijadikan satu momentum perubahan dalam film-film. Ada kesan yang dinyatakan dari frasa ini bahwa apa yang dinyatakan oleh hati manusia adalah sesuatu yang positif dan harus diikuti walaupun bertentangan dengan keadaan. Terkesan personal dan memotivasi. Namun apa sesungguhnya yang Alkitab katakan mengenai hati manusia? Amsal 4:23 mengatakan bahwa, “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan karena dari sanalah terpancar kehidupan.” Tentunya ini menabrak paradigma dunia yang seakan-akan mengelukan hati manusia yang mulia menjadi suatu hal yang harus diwaspadai. Karena sebagian orang Kristen juga menganut paham ini, seakan-akan apa yang dikatakan hatinya adalah hal yang benar dan menentukan arah hidupnya. Inilah yang akan menjadi perenungan kita hari ini. Apa yang sesungguhnya Alkitab nyatakan tentang hati manusia dan bagaimana seharusnya kita bersikap?
Hati Manusia
Saudara, kalau kita lihat di dalam Alkitab, hati mewakili seluruh pribadi manusia. Menurut seorang pakar antropolog Perjanjian Lama Hans Walter Wollf, kata yang paling penting dalam kosakata antropologi Perjanjian Lama umumnya diterjemahkan dengan kata 'hati.'” ² Kata-kata Ibrani untuk “hati” muncul sebanyak 858 kali dan dalam Perjanjian Baru kata “Kardia” yang dipakai menerjemahkan hati dipakai sebanyak 156 kali merujuk kepada pribadi manusia. Dengan kata lain, kehidupan manusia di dalam Alkitab identik pada hati. Seperti yang dikatakan dalam Amsal 27:19, “Seperti air mencerminkan wajah, demikianlah hati manusia mencerminkan manusia itu.” (bdk. perkataan Tuhan Yesus dalam Lukas 6:45).
Frasa ‘jagalah dengan segala kewaspadaan’ dalam Amsal 4:23 di dalam bahasa aslinya memiliki makna tempat yang dijaga, sebuah penjara di mana penjaga dengan sigap dan siaga berdiri menjaga. Demikian pula hati kita haruslah dijaga dengan sedemikian rupa karena dari hatilah seluruh kehidupan mengalir. Namun pertanyaannya mengapa perlu dijaga dengan segala kewaspadaan? Paling tidak ada 2 alasan yang paling jelas.
1. Dosa membuat hati manusia selalu menginginkan apa yang bertentangan dengan kehendak Allah.
Jon Bloom dalam kutipannya mengatakan “God doesn’t want our eyes on our heart because hearts aren’t designed to be followed. Hearts are designed to be led and directed!” Kutipan ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa hati manusia bersifat aktif dan perlu untuk dikendalikan. Dosa yang masuk ke dalam hidup dan meracuni hati manusia membuat manusia selalu memiliki kecenderungan untuk melakukan hal-hal yang berpusat pada diri dan bertentangan dengan kehendak Allah (Kej. 6:5). Segala yang manusia hasratkan mengikuti hawa nafsu dan memuaskannya (bdk. Mrk 7:21-23). Inilah fakta yang perlu kita sadari mengenai hati kita yang sudah tercemar oleh dosa. Kita tidak dapat dengan naif menghadapi segala realitas dalam hidup ini berdasarkan kata hati. Hati kita yang jahat sudah tercemar oleh dosa dan memang kita sendiri yang memilih untuk berdosa.
2. Hati manusia tidak bisa dipercaya.
Dalam Yeremia 17:9 berkata, “Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya.” Kalau kita lihat konteksnya, kita mendapati bahwa bangsa Yehuda sekalipun menyembah Tuhan, tetapi saat bersamaan, mereka juga menyembah berhala. Mereka berusaha menipu Tuhan dengan ibadah mereka, tetapi kebenarannya bahwa Allah tidak bisa ditipu. Oleh sebab itu di ayat 10 dikatakan Tuhan menyelidiki hati (bdk. Mat. 15:7-8).
Sejak manusia jatuh dalam dosa, maka kita tidak bisa mempercayai hati ini. Roma 3:10-12, seperti ada tertulis: "Tidak ada yang benar, seorang pun tidak. Tidak ada seorang pun yang berakal budi, tidak ada seorang pun yang mencari Allah. Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorang pun tidak. Oleh karena itu menyadari hati manusia yang tidak dapat dipercaya dan sangat manipulatif pemazmur dalam Mazmur 51:12 meminta Tuhan untuk memperbarui hatinya. “Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh!” Sekalipun Daud dekat dengan Tuhan, bukan berati hatinya bersih. Ia membutuhkan Tuhan untuk memimpin hatinya dan memperbarui hatinya senantiasa.
Menyerah dengan Keadaan Hati Ini?
Jika demikian apakah artinya kita menyerah dengan hati kita yang berdosa ini? Tentunya kita menyerah dengan kekuatan kita sendiri. Tapi tidak dengan kuasa Tuhan. Tuhan Yesus datang ke dunia ingin merevolusi hati dan roh manusia (Lihat kutipan Dallas Willard pada layar). Artinya bahwa hanya Allah sendirilah yang sanggup mentransformasi hati seseorang yang berdosa. Mari kita bertobat dan memohon Allah memperbaharui hati kita.
Dalam konteks bangsa Israel yang sedang dalam pembuangan saat itu Allah berjanji memberi mereka hati yang baru jikalau mereka berbalik kepada Allah Yehezkiel 36:26-27, “Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat. Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturan-peraturan-Ku dan melakukannya.” Tetap berserah dan waspada bahwa daging ini lemah.
Hidupilah kehidupan yang baru ini dengan penuh pertobatan seperti yang dikatakan oleh nasihat rasul Paulus dalam Efesus 4:17-18, “Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan: Jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-sia dan pengertiannya yang gelap, jauh dari hidup persekutuan dengan Allah, karena kebodohan yang ada di dalam mereka dan karena kedegilan hati mereka.” Sebaliknya sebagai ciptaan yang baru kita harus senantiasa rela dipimpin oleh roh. Kita yang sudah ditebus oleh Kristus, seharusnya hidup kita tidak lagi menuruti daging melainkan senantiasa dipimpin oleh roh yang sanggup mentransformasi hati kita. Amin.