top of page

”Saling Menopang sebagai Saudara”
Galatia 6:1-10

Pdt. Martin H. Ghazali
Pendahuluan
Pandemi covid-19 telah mengubah dunia dan hidup kita hari ini. Dari aspek sosial budaya muncul pola hidup yang baru: sosial dan physical distancing, ke mana-mana orang sekarang mengenakan masker. Sentuhan dan jabat tangan tidak lagi dilakukan. Kepedulian terhadap kebersihan dan kesehatan meningkat. Juga muncul pola bekerja dan melakukan berbagai aktivitas dari rumah (livework-play from home). Meeting dan ibadah dilakukan secara online. Dari aspek ekonomi dan bisnis, banyak usaha yang terpukul, bahkan tutup sehingga terjadi lonjakan PHK dan angka pengangguran. Banyak orang mengalami tekanan secara mental dan kejiwaan. Beberapa berita melaporkan terjadi peningkatan angka konflik dan kekerasan dalam rumah tangga dalam masa-masa pandemik ini. Di sisi lain, juga muncul solidaritas di mana-mana dari masyarakat untuk saling membantu. Berbagai aksi dan gerakan kepedulian dilakukan untuk meringankan beban pemerintah dan membantu para petugas medis maupun masyarakat kecil yang langsung terdampak oleh situasi saat ini. Ada kesadaran bahwa kita tidak bisa sendiri melainkan harus bersama-sama saling membantu untuk bisa mengatasi tantangan saat ini. Ini juga yang menjadi nasehat Firman Tuhan bagi kita sebagai persekutuan orang-orang percaya.
“Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus.”
Kata “beban” yang digunakan di sini merujuk pada suatu beban yang berat untuk dipikul, bukan beban yang ringan atau biasa. Nasehat rasul Paulus di ayat ini masih berhubungan dengan pasal 5:13-14 yaitu supaya jemaat saling melayani seorang akan yang lain oleh kasih sesuai dengan perintah utama dari hukum Taurat,” kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!”. Perintah tersebut dapat dilakukan, bukan karena mereka sanggup, tetapi karena Kristus telah menebus dan memerdekakan mereka dari kutuk dan kuk perhambaan hukum Taurat (3:13; 5:1). Melalui iman, mereka menerima Roh Kudus yang memampukan mereka untuk hidup menurut Roh, bukan lagi menuruti keinginan daging. Salah satu bentuk hidup menurut Roh adalah hidup saling bertolongtolongan, hidup yang tidak bersifat egosentris, tetapi hidup yang seperti hidup Kristus yang selalu berorientasi mengasihi dan melayani orang lain. Itulah yang Paulus maksudkan dengan “memenuhi hukum Kristus”.
Kristus menjadi panutan dan contoh tertinggi bagi hidup mengasihi dan melayani, menjadi model bagaimana hidup orang percaya seharusnya (Yohanes 13:34). Kristus telah menanggung beban kita, beban yang tidak satu pun kita sanggup untuk memikulnya yaitu dosa serta akibatnya melalui penderitaan dan kematian-Nya. Karena itu kita dipanggil untuk bertolong-tolongan menanggung beban. Tidak disebutkan secara spesifik beban apa yang dimaksud. Beban tersebut bisa berupa kesalahan atau pelanggaran yang dilakukan seorang jemaat, yang mana perlu ditanggung bersama dengan cara memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut (Pasal 6:1). Bisa juga bersifat lebih luas (pasal 6:9-10), yaitu berbagai beban yang dirasakan dan dialami dalam kehidupan pada umumnya.
Hidup Bertanggung Jawab
Ayat 3 hingga 5 Paulus menasihati lebih lanjut agar jangan ada orang yang merasa dirinya sangat penting dan berarti sehingga tidak peduli dengan keadaan saudara seiman yang perlu ditolong. Atau merasa diri lebih benar dan lebih baik dengan membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain, sehingga jatuh pada sikap sombong dan menghakimi. Sebaliknya, Paulus mengingatkan jemaat di Galatia agar memiliki perspektif diri yang benar. Yaitu hendaklah setiap orang melihat dirinya tidak lebih penting dari orang lain. Setiap orang dalam jemaat saling membutuhkan satu dengan yang lain. Namun tiap-tiap orang harus menyadari bahwa ia juga mempunyai tanggung jawab terhadap hidupnya sendiri. “Tiap-tiap orang akan memikul tanggungannya sendiri” (ay.5) berarti masing-masing harus bertanggung jawab di hadapan Tuhan atas berkat, kesempatan, juga tantangan dan kesulitan yang Tuhan berikan untuk dipikul. Kata “tanggungan” di sini berbeda dengan “beban” di ayat 2. Istilah yang digunakan di ayat 5 merujuk pada barang bawaan yang biasanya dibawa oleh masing-masing prajurit di punggungnya saat berjalan. Jadi masing-masing harus membawanya, tidak bisa dibawakan oleh orang lain.
Menabur dan Menuai
Pada bagian akhir dari perikop ini, Paulus menjelaskan suatu prinsip universal dalam dunia agrikultur, yaitu hukum menabur dan menuai. Apa yang ditabur, itu yang akan dituai. Menanam benih tomat, yang keluar pasti tomat, tidak mungkin jagung. Barangsiapa menabur dosa, ia akan menuai kebinasaan dari dosanya. Tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal (ay.8). Dalam hukum tabur tuai, prinsip yang kedua adalah, selalu ada masa menunggu antara menabur hingga waktu menuai. Karena itu Paulus menasihatkan agar kita jangan jemu-jemu berbuat baik. Akan tiba masa panen. Tetapi sebelum itu terjadi, jangan kita putus asa lalu berhenti melakukan apa yang baik. Seorang petani yang baik harus terus memastikan agar tanamannya mendapat air yang cukup. Ia juga perlu mencabuti tumbuhan liar di sekitarnya dan membersihkan area tanamnya dari berbagai gangguan lainnya, sambil sabar menunggu tibanya waktu menuai. Hal itu terus dilakukan sampai akhirnya tiba menikmati hasil panen.
Dalam situasi saat ini, sebagai jemaat kita dipanggil untuk menyatakan kasih melalui bertolong-tolongan menanggung beban, berbuat baik selama masih ada kesempatan, khususnya kepada saudara-saudara kita seiman. Baik dalam konteks jemaat lokal, maupun lingkup yang lebih kecil melalui PKK. Kita dapat saling menanyakan kabar lewat telepon atau WA, sharing beban pergumulan dan saling mendoakan. Kita juga bisa saling mengingatkan dan menasihati, memberikan dorongan semangat untuk terus berpengharapan di tengah situasi saat ini. Kita juga bisa memberi bantuan yang bersifat material untuk saudara seiman yang mengalami kesulitan dan membutuhkan. Atau dengan cara-cara dan bentuk lainnya. Pasti ada pengorbanan untuk melakukannya, baik tenaga, waktu, uang, pemikiran. kenyamanan, dan sebagainya. Apa yang dilakukan dan diberikan mungkin sederhana. Tetapi benih yang baik yang kita tabur dalam ketaatan dan kesetiaan, tidak akan pernah sia-sia. Amin!

”Saling Menopang sebagai Saudara”
Galatia 6:1-10
bottom of page