top of page

“Mengikuti Jejak-Nya: Di Saat Kita Menderita Secara tidak Adil”
1 Petrus 2:18-23

Pdt. Martin Ghazali
Pendahuluan
Setelah pada bagian sebelumnya rasul Petrus membahas mengenai sikap orang percaya terhadap pemerintah, pada bagian ini rasul Petrus memberikan nasehat mengenai sikap orang percaya dalam relasi terhadap tuan (majikan). Perhambaan atau perbudakan merupakan sistem sosial yang sudah ada sejak jaman Perjanjian Lama, baik dalam kehidupan bangsa Israel maupun bangsabangsa lain di sekelilingnya. Pada jaman Perjanjian Baru, perbudakan merupakan hal yang umum. Diperkirakan 80-90 persen penduduk kota Roma adalah para budak. Ada beberapa faktor mengapa seseorang menjadi budak: karena penaklukkan perang, karena kemiskinan, karena kelahiran, karena penculikan, juga karena kemauan sendiri. Cukup banyak para budak yang kemudian menjadi orang percaya.
Kehidupan sebagai hamba atau budak kerap kali bisa mengakibatkan penderitaan, khususnya ketika mereka berada di bawah tuan yang kasar dan kejam. Kondisi seperti itu sering merupakan hal yang tidak bisa dihindari. Bagaimana seharusnya para hamba / budak Kristen menyikapi keadaan mereka? Dalam konteks inilah Petrus memberikan nasehatnya.
1. Tunduklah dengan takut (hormat)
Petrus menasihati agar orang-orang percaya yang hidup sebagai hamba (budak) memiliki sikap tunduk dengan takut dan hormat kepada tuannya, baik kepada yang ramah maupun kepada yang bengis. Mengapa Alkitab tampaknya tidak mengecam perbudakan, bahkan terkesan seperti menyetujui kondisi tersebut ? Ini merupakan topik yang perlu pembahasan secara khusus. Namun secara singkat dapat dikatakan bahwa Alkitab melihat perbudakan sebagai realitas sosial pada jamannya, menerima fakta tersebut, meregulasinya (lihat. Keluaran 21, Ulangan 15:12-18) dan menunjukkan sikap etis terhadapnya (I Korintus 7:21, Efesus 6:9, Kolose 4:1, Filemon 1:16). Di tengah keadaan menderita karena diperlakukan secara tidak adil sebagai hamba (budak) Kristen, Petrus menasihati agar orang percaya tidak menantang tuannya, tidak melawan dan tidak membalas, tidak memberontak. Melainkan tunduk, patuh, tetap menunjukkan sikap hormat. Ada 2 hal disebutkan dalam perspektif rasul Petrus mengenai nasehatnya ini.
Pertama, kesadaran akan kehendak Allah atas penderitaan dan ketidakadilan yang dialami. Apa yang mereka alami perlu dilihat secara lebih mendalam. Ada faktor lain yang signifikan dalam penderitaan mereka, yaitu kehendak Allah (Bandingkan I Petrus 3:17; 4:19). Allah bisa mengijinkan penderitaan dialami orang percaya dengan tujuan dan maksud yang akan membawa iman kita semakin bertumbuh (II Korintus 4:17) dan iman tersebut menjadi kesaksian kepada orang yang tidak percaya.
Kedua, karena itulah penderitaan orang percaya bisa menjadi sarana kasih karunia Allah dan perlu dilihat bukan sebagai bentuk kemalangan dan kesiasiaan, melainkan kasih karunia. Ketika orang percaya berbuat baik, lalu karena itu harus menderita secara tidak adil, maka Allah berada di pihak orang percaya. Alkitab melihat itu sebagai hal yang terpuji yang mendapat perkenanan Allah (bandingkan Matius 5:10-12).
2. Panggilan kita : mengikuti jejak-Nya
Rasul Petrus melanjutkan pemikirannya bahwa kita semua terpanggil untuk mengikuti jejak langkah Kristus, yang telah menderita untuk kita, dan telah mengalami ketidakadilan dari dunia dan manusia yang berdosa. Bahkan sampai Ia mati di kayu salib. Kristus adalah teladan kita yang agung. Teladan seperti apa yang harus kita ikuti dari Kristus? Petrus mengutip dari Yesaya 53:5-9 tentang figur hamba yang menderita dan mengenakannya kepada Kristus. Mengikuti teladan Kristus, kita semua dipanggil untuk hidup benar dalam perbuatan dan perkataan. Tetap berbuat baik sekalipun menderita karena diperlakukan tidak adil. Tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, melainkan menyerahkannya pada penghakiman Allah yang adil (Roma 12:17-19).
Spirit penundukan diri kepada Allah, kelemahlembutan, kebenaran dan kebajikan, berserah pada Allah, semua itu berasal dari Kristus. Semua itu kita lihat dan teladani dari-Nya. Jejak teladan Kristus merupakan hal yang sama sekali berlawanan dengan tabiat alami manusia berdosa yang tidak suka untuk tunduk, tidak suka terlihat lemah di mata orang lain, ingin membalas, menghancurkan, dan mendominasi orang lain. Ketika kita sebagai orang percaya mengikuti teladan Kristus, kita sedang menghidupi sesuatu yang secara radikal berbeda dengan dunia ini, sesuatu yang melampaui sifat alami manusia yang berdosa. Di situlah justru kuasa Injil yang mengubah hidup manusia, disaksikan dan dilihat oleh dunia (lihat I Petrus 2:12). Amin.

 “Mengikuti Jejak-Nya: Di Saat Kita Menderita Secara tidak Adil”
1 Petrus 2:18-23
bottom of page